Kamis, 05 Agustus 2010

song

Song is the climate in which God Him self works in His

most glorious ways as Creator

Song is the copmpanion means by which we are taught

to see the Word of God enriched in its workings

within our lives, in practice and purity

Song is the conduit by which the soul's night of darkness

is ignited with hope and deliverance

Song is the claim of the barren, by which God says we may

entertain and expect fruitfulness

Song is the conquering instrument available when we are

outnumbered by circumstance



The secret of song is the Church 's most distinctive resource, not because music is more powerful than the Word or the Spirit, but because song is a means by which both can become so joyouusly conjoined- by ALL the people of the Lord!



He is the Founder of our Song, so it's to Him we come!

His Son is the Foundation of our Song, so it's Him we praise!

His Spirit is the Fountain of our Song, so we drink of Him!

May The Celebration Hymnal be an instrument in your to assist you to new planes of praise, and unto new wonders in worship. ( Jack W. Hayford)

Rabu, 28 Juli 2010

Thank God

Doa orang benar bila didoakan dengan yakin besar kuasanya ( Yakobus 5 : 16)

Doa adalah kekuatan terbesar yang aku miliki dalam menghadapi hidup ini. Dengan doa aku dimampukan untuk menghadapi apapun yang terjadi dalam hidup ini. Ada kekuatan ekstra dari Tuhan untuk menghadapi segala persoalan yang datang menghadang kita.

Jumat, 23 Juli 2010

Confidence in the Lord

Saya sering banget kagum sama orang-orang yang sangat percaya pada dirinya sendiri. Mereka terlihat sangat yakin dengan dirinya. Biasanya orang-orang itu memancarkan aura yang bisa menyengat perhatian sekitar. Orang-orang tersebut biasanya berjalan dengan sangat percaya diri, dengan tatapan mata yang tajam dan penuh kepastian.

Memang sekarang ini banyak sekali tempat-tempat yang menawarkan bagaimana sih agar kita bisa tampil penuh percaya diri. Misalnya seperti sekolah - sekolah kepribadian yang menjamur di mana- mana. Ada banyak tata cara yang diajarkan di tempat itu, misalnya cara berjalan, cara berbicara, cara bertelepon, dan lain sebagainya. Tempat- tempat itu mengajarkan cara-cara agar percaya diri dalam waktu yang relatif singkat.

Rabu, 21 Juli 2010

Homo Sapiens

Manusia masuk dalam kategori homo sapiens. Maksudnya adalah sebagai manusia, dia tidak bisa hidup sendiri. Dia butuh teman. Dia butuh orang lain untuk hidup bersamanya. Bisa itu pasangan hidupnya. Bisa itu keluarganya. Bisa juga teman - teman yang ada di sekitar kehidupannya. Ya, intinya adalah manusia itu makhluk sosial. Untuk membuktikan bahwa manusia itu adalah makhluk sosial adalah bahwa sejak lahir sampai saat hampir meninggal, manusia itu membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Ketika kita akan dilahirkan oleh ibu kita yang tercinta, kita membutuhkan dokter atau bidan yang menolong proses persalinan.

Selasa, 20 Juli 2010

Sopir Angkot

Angkot adalah transportasi yang saya gunakan setiap hari untuk berangkat kerja, atau bepergian ke mana saja. Tanpa angkot, saya tidak bisa melakukan kegiatan saya, kecuali saya harus mengeluarkan biaya yang banyak untuk membayar taksi ke mana pun saya pergi. Bisa bangkrut saya..hehe. Biasayna saya sangat menikmati bepergian dengan angkot, selain murah juga asik banget. Santai. Di angkot biasanya saya sambil baca. Kalau lagi untung, maksudnya, angkotnya berjalan sangat lancar dan nyaman, saya bisa berdoa, loh. Itu benar, loh.
Namun sore itu, seperti biasa, saya harus menunggu angkot di pertigaan jalan dekat kantor saya. Hmm, akhirnya saya dapat memberhentikan angkot itu. Ketika saya sudah berada di angkot, saya kaget sekali karena sopir angkot yang mengendarai angkot itu orang yang hobinya ngebut. Gimana ga ngebut? Saya baru duduk, sudah mau jatuh karena sangat cepatnya angkot berjalan. Berkali- kali saya tegur sang sopir angkot, tapi dia tetap cool aja. Tidak menggubris saya. Saya berfikir untuk turun dari angkot itu dan menunggu angkot yang lain, tapi saya mengurungkan niat saya.
Saya kemudian berpikir untuk memahami situasi. Saya mengandaikan diri saya adalah sopir angkot itu. Mungkin dia ingin mengejar setoran, jadi harus pakai acara ngebut. Atau mungkin juga dia sedang stress karena banyaknya masalah yang dia hadapi. Jadi pelariannya adalah ngebut-ngebutan deh waktu nyopir. Siapa tahu?? Ketika saya berusaha berfikir sambil sesekali melihat ke arah sang sopir.
Saya saja seringkali kalau lagi banyak masalah, saya memarahi anggota keluarga saya. Maksudnya, masalah yang saya hadapi saya lampiaskan kepada anggota-anggota keluarga saya di rumah. Itu kan tidak adil. Saya mulai memahami apa yang dialami oleh sopir angkot itu. Memang kadang tidak mudah untuk menyelesaikan suatu masalah. Apalagi mungkn masalah itu sangat berat. Sepertinya sulit sekali untuk menanggungnya. Terus, kepada siapa masalah itu harus dilampiaskan? Kepada siapa? Ya, saya belajar untuk memahami, mengerti dan, memaklumi sang sopir itu.
Kesimpulan saya adalah semua profesi itu punya stress atau masalahnya masing-masing. Hanya bagaimana dia menangani itu. Berarti, setiap profesi, apa pun itu harus punya cara yang efektif untuk memanage stressnya. Yeah, kalau begitu jadi maklum deh sama sopir angkot itu. Tadinya sih mau marah. Setelah evaluasi diri, mungkin saya lebih parah dari sopir angkot itu kalau lagi stress. Hmm, saya jadi geli sama diri saya sendiri kalau membandingkan saya dengan sopir angkot itu. Memang tak ada pofesi yang bisa luput dari stress. hahahahaha

Senin, 19 Juli 2010

Tanggung Jawab Siapa???

Malam itu seorang wanita setengah baya yang berpakaian lusuh dan sangat kotor bergegas membereskan koran-koran yang mereka duduki setiap hari untuk meminta-minta di pinggir jalan. Hari itu hujan tiba-tiba datang dengan begitu derasnya sehingga membangunkan mereka. Orang tua dan anak itu seperti kebakaran jenggot, terburu- buru untuk meninggalkan tempat itu, sampai ada beberapa barang yang tertinggal.
Sejak pagi aku sudah melihat mereka membersihkan tempat yang akan mereka duduki untuk meminta-minta. Di tengah panasnya mentari yang begitu terik, kotornya debu jalanan disertai asap knalpot yang begitu tebal, dan banyak hal - hal yang tak kalah menjijikkan, semua mereka abaikan. Kebutuhan untuk hidup membuat mereka mengabaikan semua itu dan menutup mata mereka, dan menadahkan tangan kepada orang-orang yang melewati jalan itu.
Pemandangan ini kerap terjadi setiap hari di kota Jakarta. Bahkan, sering kali saya melihat mereka tertidur seperti mati di pinggir jalan. Dugaan saya adalah, mereka meminum obat tidur dalam porsi yang banyak sehingga mereka tidak terbangun walaupun apapun yang terjadi di sekitar mereka. Dengan tidak memakai baju dan tidur beralaskan aspal, mereka meletakkan tubuh mereka seakan-akan berada di spring bed yang empuk.
Saking seringnya melihat pemandangan seperti ini, membuat warga Jakarta seperti mati rasa bila melihat pemandangan seperti ini. Di satu sisi, hati ini begitu trenyuh dengan pemandangan yang sangat menyedihkan, namun di sisi lain, pemandangan ini menjadi hal yang biasa. Mengapa menjadi pemandangan yang biasa? Karena begitu banyak orang yang tidak mampu survive di kota Jakarta. Karena mereka tidak mampu bersaing dengan orang-orang lain yang memiliki pendidikan lebih. Orang-orang lain yang lebih beruntung karena mampu bersaing dengan masyarakat Jakarta yang sangat egoistis dan sangat kompetitif.
Bagaimana mereka dapat bersaing agar mereka dapat penghidupan yang layak di dunia ini? Bagaimana mereka mendapatkan pendidikan dasar sehingga memmbuat mereka dapat hidup dengan layak di dunia ini? Adakah orang yang peduli dengan mereka? Siapakah yang sebenarnya harus bertanggung jawab terhadap mereka?? Pertanyaan ini sangat sulit dijawab, apalagi dilakukan. Jadi, tanggung jawab siapa??? Mungkin kita akan mengatakan bahwa ini adalah tanggung jawab pemerintah. Wah, kasihan banget ya jadi pemerintah, sudah banyak kerjaan, malah terus disalahin. Memang pasti pemerintah harusnya juga berperan, tapi sebagai warga negara yang masih diberi rejeki yang cukup, hendaklah kita juga saling berbagi dari apa yang kita miliki dan tidak terus berdalih dengan terus mengatakan, "Tanggung jawab siapa???
Ini adalah tanggung kita bersama sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia untuk memeliharakan nasib umat yang kurang beruntung dari kita. Kalau bukan kita siapa lagi???

Minggu, 18 Juli 2010

Itu 'Ga Penting

Dalam hidup ini, sering kali kita dihadapkan pada beberapa pilihan dalam hidup ini. Misalnya, pilihan untuk bekerja di mana, sekolah di mana, dan banyak pilihan yang lain. Mungkin contoh beberapa pilihan di atas masih terlalu besar untuk sebagian orang. Bagaimana dengan pilihan untuk diam kalau diperhadapkan pada situasi orang yang sedang marah-marah dengan tidak jelas. Pilihan yang lain, misalnya untuk tidak berkomentar jikalau komentar yang akan kita berikan bisa memperparah keadaan.
Nah, dalam beberpa kondisi hidup kita, hal yang paling sering terjadi adalah menanggapi sesuatu yang sebenarnya itu ' ga penting" untuk ditanggapi. Bagaimana kita tahu hal tersebut tidak penting untuk ditanggapi? Kita bisa bertanya kepada diri kita sendiri beberapa pertanyaan pendukung untuk mengetahui apakah hal tersebut layak untuk ditanggapi atau tidak. Beberapa di antaranya adalah, pertama, apakah hal tersebut berguna atau bermanfaat untuk hidup kita, kedua, apakah hal tersebut memuliakan nama Tuhan, dan yang ketiga adalah, apakah hal tersebut tidak merugikan orang lain. Apabila hal tersebut jawabannya adalah ya, maka tanggapilah hal tersebut. Dan apabila jawaban dari hal tersebut adalah tidak, maka abaikan saja hal itu.
Suatu ketika beberapa teman mendiskusikan hal yang berhubungan dengan tingkah laku orang lain yang cukup memalukan. Mereka sepertinya sangat menikmati diskusi tersebut. Hal itu terlihat betapa bahagianya mereka ketika mendiskusikan bagian itu. Sedangkan saya berpikir, untuk apa menanggapi hal yang tidak berguna buat hidup saya, dan mendiskusikan hal yang sungguh tidak penting itu menghabiskan waktu dan tenaga saya. Selanjutnya, hal tersebut sama sekali tidak memuliakan Tuhan. hal itu sangat jelas karena mereka membicarakan keburukan atau kekurangan orang lain. Dan yang terakhir adalah, hal tersebut merugikan orang yang sedang dibicarakan kekurangannya itu. Apabila orang tersebut mendengar, betapa malunya dia.
Memang hal ini bukanlah hal yang mudah untuk sebagian orang. Hal ini adalah kebiasaan baik yang harus terus dibentuk. Karena seringkali secara tidak sadar, seseorang jatuh ke dalam situasi di mana bisa merugikan orang lain dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan yang ga penting untuk ditanggapi. Jikalau kita bisa peka dengan hal ini, kita mau melatih diri kita untuk belajar lagi kebiasaan yang baru, kita pasti akan menjadi pribadi yang jauh lebih baik, yang positif, dan orang akan merasa nyaman dengan kita. Selamat mencoba.